
PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS PADA TANAMAN PADI
- DKPP_SY
- November 10, 2022
- 1:22 am
- No Comments
Penyakit blas merupakan salah satu penyakit yang banyak menyerang pertanaman padi di Kabupaten Bengkulu Utara saat musim hujan. Hal ini disebabkan antara lain masih banyak petani yang belum menggunakan varietas yang relatif tahan blast dan belum menerapkan sistim tanam legowo sehingga kelembaban dipertanaman cukup tinggi.
Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea. Jamur ini dapat menginfeksi semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Serangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).
Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher. Pada lingkungan yang kondusif, blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa. Gangguan penyakit blas leher di daerah endemis sering menyebabkan tanaman padi menjadi puso.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit blas antara lain: tanah, pengairan, kelembaban, suhu, pupuk dan ketahanan varietas. Pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan merupakan faktor lainnya yang mendukung perkembangan penyakit blas tersebut. Sumber inokulum primer penyakit blas di lapangan adalah jerami.
Pengendalian Penyakit Blas dengan Teknik Budidaya
Pencegahan serangan penyakit blas. Langkah pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternatif dan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi. Pemberian bahan organik berupa jerami sisa panen untuk menyuburkan lahan harus dikomposkan lebih dulu. Pengkomposan jerami dapat menyebabkan miselia dan spora jamur mati, karena naiknya suhu selama proses dekomposisi.
Penanaman Benih Sehat. Pertanaman yang terinfeksi penyakit blas sangat tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai benih. Karena jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih, sehingga pengendalian dapat lebih efektif bila dilakukan sedini mungkin
Perendaman benih. . Perlakuan benih dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis 3-5 g/kilogram benih dengan cara perendaman benih. Perbandingan berat biji dan volume air adalah 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida). Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam. Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah tersebut siap untuk disemaikan. Perendaman benih padi sawah dalam larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman.
Cara pelapisan benih. Benih direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, kemudian gabah dikering anginkan dengan cara yang sama dengan metode perendaman, selanjutnya benih siap disemaikan.
Cara tanam. Sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Cara pengairan berselang (intermiten) juga mendukung hal tersebut karena akan mengurangi kelembaban sekitar tajuk tanaman. Pertanaman padi yang terlalu rapat akan menciptakan kondisi lingkungan terutama suhu, kelembaban, dan aerasi yang lebih menguntungkan bagi perkembangan penyakit serta mempermudah terjadinya infeksi dan penularan penyakit blas ini dari satu tanaman ke tanaman lain.
Pemupukan. Penggunaan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang akan mampu mencegah serangan penyakit blas. Pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi, sebaliknya pupuk kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit blas.
Penanaman Varietas Tahan. Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit blas adalah menggunakan varietas tahan. Penggunaan varietas tahan harus disesuaikan dengan sebaran ras yang ada di suatu daerah. Beberapa varietas padi yang tahan terhadap beberapa ras patogen penyakit blas diantaranyas adalah Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8 serta Inpari 48 blas. Penggunaan varietas tahan juga tidak boleh ditanam padi hanya1 atau 2 varietas secara luas dan terus menerus sepanjang tahun, harus dilakukan pergiliran varietas. Beberapa varietas yang berbeda tingkat ketahanannya ditanam pada satu areal, dapat mengurangi tekanan seleksi terhadap patogen, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras baru patogen dan patahnya ketahanan suatu varietas.
Penyemprotan Fungisida. Perlakuan benih dengan fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman. Fungisida Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan trisikazole 20% ((dosis 1 lt atau 1 kg per 400-500 lt air/ha ) efektif menekan perkembangan jamur tersebut. Penyemprotan dengan fungisida sebaikny dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga.
Sri Suryani M. Rambe (BPTP Bengkulu)